Lima Operasi Militer, Jika Gagal akan Mendapat Dampak Mengerikan


Sejarah konflik modern memperlihatkan bagaimana keberhasilan atau kegagalan sebuah operasi militer dapat mengubah wajah sebuah negara. Gaza kini menjadi simbol penderitaan akibat perlawanan yang tidak pernah tuntas, sebuah wilayah yang terus dilanda perang dan blokade tanpa akhir. Narasi ini muncul kembali ketika membicarakan lima peristiwa penting di berbagai belahan dunia. Jika saja operasi besar yang pernah terjadi gagal, maka nasib kawasan tersebut bisa saja berakhir mirip Gaza.

Pertama, serangan Houthi di Yaman yang berhasil merebut Sanaa menjadi titik balik sejarah negeri itu. Dengan menguasai ibu kota, Houthi secara efektif mengendalikan Yaman Utara. Namun, bayangkan jika operasi tersebut gagal. Houthi akan terjebak di pinggiran, terus diserang dari udara dan darat tanpa peluang menguasai pusat pemerintahan. Kemungkinan Houthi akan sirna. Nasib mereka akan seperti Gaza: bertahan hidup dalam blokade panjang dengan kerusakan permanen.

Kedua, di Sudan, kekuatan Rapid Support Forces (RSF) mengguncang stabilitas nasional dengan meluncurkan serangan besar ke arah tentara nasional SAF. Jika serangan RSF sejak awal tidak berhasil menekan Khartoum, kemungkinan besar mereka akan terisolasi di kantong-kantong wilayah kecil. Pasukan RSF akan menjadi SAF dan pemimpinnya diadili.

Ketiga, skenario paling krusial terjadi di Suriah. Saat operasi menguasai Damaskus dikakukan untuk melengserkan Assad. Jika langkah ini gagal total sejak tahap awal, para pemberontak akan kehilangan momentum dan hanya bisa bertahan di kantong sempit. Kondisi itu akan menjadikan Idlib sebagai “Gaza versi Suriah,” sebuah enklave yang terus dibombardir tanpa kesempatan memperluas kendali.

Keempat, kisah di Kaukasus Selatan juga menjadi contoh. Azerbaijan pada akhirnya berhasil mengambil alih Nagorno Karabakh, menutup lembaran panjang konflik dengan Armenia. Tetapi jika operasi itu gagal, maka negara Artsakh yang didirikan separatis Armenia akan justru makin kuat dan lebih luas. Azerbaijan bisa dilanda konflik internal. 

Kelima, konflik di Afrika Tengah memperlihatkan dinamika yang sama. Pemberontak di Kongo, dengan dukungan Rwanda, berhasil menguasai Goma. Namun, bila serangan itu gagal, mereka akan tertahan di luar kota besar dan menjadi target serangan berulang pemerintah serta pasukan internasional. Kondisi itu akan menyerupai Gaza, di mana kelompok pemberontak memiliki senjata tetapi tidak pernah bisa benar-benar berkuasa.

Lima contoh tersebut menunjukkan betapa tipis garis antara keberhasilan dan kegagalan dalam sebuah konflik. Jika gagal, konsekuensi yang timbul bisa sangat panjang, menciptakan enclave bersenjata yang terus-menerus menjadi sasaran serangan musuh. Gaza kini menjadi gambaran nyata dari skenario semacam itu.

Dalam kasus Houthi, keberhasilan menguasai Sanaa membuat mereka bisa bernegosiasi setara dengan pemerintah Yaman dan aktor internasional. Sebaliknya, kegagalan akan membuat mereka hidup menjadi kekuatan yang tak diperhitungkan.

RSF di Sudan pun menghadapi risiko serupa. Mereka bisa menjadi penguasa alternatif dengan mendirikan pemerintaha paralel di Nyala saat ini karena kemampuan mereka menguasai Khartoum dalam waktu yang relatif lama.

Namun bila serangan awal mereka hancur, Khartoum akan memberikan hukuman berat bagi RSF.

NagornonKarabakh menjadi contoh paling jelas bagaimana satu operasi menentukan arah sejarah. Azerbaijan yang berhasil kini menutup ancaman separatisme. Namun seandainya gagal, dunia akan menyaksikan lahirnya Azerbaijan yang lemah. Negara Artsakh di Nagorno Karabakh kemungkinan akan menjadi kekuatan utama di Azerbaijan.

Kongo juga tidak berbeda. Penguasaan Goma oleh pemberontak membawa mereka ke meja perundingan dengan posisi tawar tinggi. Tetapi kegagalan akan membuat mereka terpinggirkan, dikepung militer pemerintah dan PBB, sama seperti Gaza yang selalu berada dalam posisi defensif.

Dari lima peristiwa itu, benang merahnya jelas: jika operasi besar gagal, sebuah peristiwa besar akan muncul yang bisa mengubah peta politik regional.

No comments