Penemuan Alam Semesta Baru

Pertanyaan ini memang tidak bisa dijawab pada 30 tahun silam, namun, sekarang ilmuwan bisa mendapatkan petunjuk dari radiasi di balik gelombang mikro alam semesta yang tersisa dari Big Bang. Radiasi ini terbentuk 380 ribu tahun silam setelah Big Bang, yang banyak berisi informasi terkait pembentukan alam semesta.

Para ilmuwan mengumumkan bahwa untuk pertama kalinya mereka menangkap sinyal gelombang gravitasi pertama setelah Big Bang. Studi ini tidak hanya membuat kita menemukan berbagai informasi terkait pembentukan alam semesta, sekaligus juga menegaskan teori multiverse alam semesta.

The Owens Valley Radio Observatory yang terletak di California Institute of Technology, California, Amerika Serikat, menemukan bahwa di luar alam semesta masih ada alam semesta. Masing-masing dari alam semesta itu berupa satu persatu sel di dalam materi raksasa! Alam semesta di luar dari alam semesta itu membentuk segenap ruang dengan alam semesta tempat keberadaan kita. Temuan ini serupa dengan gelombang gravitasi awal alam semesta yang pernah ditemukan sebelumnya oleh teleskop BICEP2 di Kutub Selatan pada 2014 lalu. Ketika itu tim ilmuwan Amerika mengumumkan, bahwa mereka telah menemukan sinyal gelombang gravitasi awal dari radiasi di balik gelombang mikro alam semesta, ini adalah temuan yang luar biasa.

Dengan ditemukannya sinyal gelombang gravitasi awal menyiratkan bahwa di luar alam semesta itu masih ada alam semesta. Goncangan/ kejut dari tabrakan multiverse akan tertinggal di dalam sinyal gelombang gravitasi.

Menurut ilmuwan bahwa struktur kumparan kecil dari radiasi di balik gelombang mikro itu adalah sisa dari Big Bang, yang menyebabkan riak ruang-waktu, dan ini dapat disimpulkan bahwa peristiwa pengembangan tajam alam semesta itu memang eksis, frekuensi goncangan atau kejut ini terletak pada frekuensi 150GHz.

The Owens Valley Radio Observatory menemukan bahwa di luar alam semesta masih ada alam semesta. Teori ini dicetuskan pertama kali oleh fisikawan AS Hugh Everett pada 1950. Menurutnya masih ada alam semesta lain di luar alam semesta. Satu-satunya yang tidak sama dengan alam semesta yang kita tempati ini, mungkin di sana (alam semesta lain) tidak ada kehidupan. Ada yang mengandung kehidupan pada periode tertentu, dan kita tidak tahu alam semesta tempat kita berpijak ini masih sanggup bertahan berapa lama lagi dalam menopang kehidupan hidup kita.

Dari sudut pandang probabilitas, bahwa kemungkinan alam semesta telah membentuk multiverse pasca Big Bang. Ada alam semesta yang binasa dengan cepat, ada juga dalam keadaan tidak teratur, dan juga ada yang mengandung kehidupan seperti alam semesta kita ini. Jadi, pada setiap alam semesta dalam multiverse ini tak ubahnya seperti satu sel di dalam materi raksasa, yang secara bersama telah membentuk segenap dimensi ruang-waktu.

Sebenarnya, dari sudut pandang probabilitas, multiverse bisa menjelaskan mengapa alam semesta kita ini begitu unik, jika pengembangannya sedikit tertunda, maka alam semesta kita tidak akan seperti sekarang ini, mungkin sama sekali tidak ada galaksi. Alam semesta kosong melompong tidak ada isinya, sejumlah besar parameter pengembangan alam semesta yang dapat memicu munculnya galaksi dan kehidupan tampak begitu “kebetulan.” Jika terjadi sedikit perubahan saja kita tidak akan bisa mendapatkan kondisi alam semesta seperti sekarang. Oleh karena itu, alam semesta kita ini memiliki sebuah “parameter” yang sesuai dengan lahirnya kehidupan, pungkas ilmuwan.

More

No comments